Selama ini budak selalu digambarkan sebagai individu yang lemah. Dia dianggap sebagai orang yang tak memiliki kemerdekaan. Bahkan, keseluruhan hidupnya dipergunakan untuk kepentingan tuannya saja. Tidak ada hak-hak pribadi yang bisa dia penuhi. Semua celah kehidupannya penuh dengan intervensi tuannya.
Gambaran budak yang lemah dan tak merdeka ternyata sama sekali tidak berlaku bagi Untung Surapati. Seorang yang pernah mencatatkan namanya dalam sejarah Nusantara sebagai pahlawan perlawanan terhadap Belanda. Namanya abadi sebagai seorang pahlawan nasional dari era Mataram Islam.
Asal-usul Untung Surapati tidak diketahui dengan jelas. Babad Tanah Jawi karya Meinsma hanya mencatat bahwa Untung Surapati adalah seorang budak yang berasal dari Bali. Dia dibeli oleh VOC dan dijadikan seorang prajurit. Setelah beberapa waktu, Untung Surapati kemudian diangkat menjadi seorang letnan dan menjadi pemimpin budak-budak yang berasal dari Bali di Batavia.
Sepak terjang Untung Surapati melawan Belanda di mulai ketika terjadi huru-hara di Banten. Dalam peristiwa ini, Untung Surapati justru kabur dan membelot kepada Belanda. Untung kemudian lari ke timur dan dikejar oleh Belanda. Akan tetapi, sesampainya di Mataram, dia mendapatkan perlindungan dari Sunan Amangkurat II sehingga Belanda terpaksa menunda untuk mengambil tindakan terhadap Untung Surapati.
Kedatangan Untung Surapati di Kartasura ternyata tidak menghentikan niat Belanda untuk melenyapkan Untung Surapati. Pada akhir 1685, Belanda mengutus orang yang sangat berpengalaman kelahiran Den Haag bernama Francois Tack. Seseorang yang telah malang melintang dalam berbagai macam pertempuran di Nusantara. Mulai dari perebutan Makassar, Kediri, Palembang, hingga Banten.
Nama besar Tack ternyata justru berubah menjadi sangat memalukan bagi Belanda pada bulan Februari 1686 di Kartasura. Dia dan puluhan prajuritnya dibantai oleh Untung Surapati beserta pasukannya yang terdiri atas orang-orang Bali dan Jawa. Peristiwa ini terjadi hanya selang sehari setelah Tack sampai di Kartasura.
Pembantaian terhadap Tack dan pasukannya dimulai ketika terjadi perundingan antara Sunan Amangkurat II dan Tack untuk menyerahkan Untung Surapati kepada Tack. Akan tetapi, Amangkurat sebenarnya diam-diam mendukung dan membiarkan Untung Surapati berserta pasukannya berkeliaran dan membakar beberapa desa di sekitar Keraton. Amangkurat kemudian berusaha meyakinkan Tack bahwa dirinya berada di pihak Belanda dengan cara mengutus Cakraningat untuk bertempur melawan Untung. Namun, karena pertempuran semu itu tidak menghasilkan apa-apa, lantas membuat Tack tidak sabar.
Tack kemudian mengutus Kapten Greving beserta beberapa prajuritnya untuk menjaga Keraton. Tack sendiri dengan diiringi genderang perang yang bertalu berjalan menuju Gumpang, desa tempat Surapati bersembunyi. Ternyata apa yang dilakukan oleh Tack sudah diperkirakan oleh Surapati. Ketika Tack beserta pasukannya menuju Gumpang, Surapati justru membakar desa-desa di sekitarnya dan menyerang Keraton dari arah yang berbeda. Akhirnya, Tack memutuskan kembali melalui jalan yang sama. Apa yang kemudian ditemukan di sekitar Keraton sangat memprihatinkan. Kapten Greving beserta beberapa anak buahnya terbunuh dengan kondisi yang cukup mengerikan.
Melihat Keraton telah porak poranda, Tack kemudian berusaha untuk menyerang Keraton yang beberapa bagiannya digunakan untuk tempat bersembunyi pasukan Surapati. Tack memilih untuk menyerang Keraton melalui alun-alun. Pilihan ini ternyata berhasil membuat pasukan Surapati terjepit. Mereka dihadapkan dalam dua pilihan, menembus api yang berkobar di belakang mereka, atau menyerang pasukan Belanda di depan mereka secara membabi buta. Ternyata pasukan Surapati memilih untuk mengambil jalan keluar dengan menyerang Belanda yang berada di Alun-alun. Dengan semangat Puputan dan berteriak “Amuk! Amuk!”, Surapati dan pasukannya bertempur secara membabi buta. Akhirnya Tack dan pasukannya berhasil dikalahkan. Menurut Buku Terbunuhnya Kapten Tack karya HJ De Graaf, Kapten Tack mati dengan 20 luka berat di sekujur tubuhnya. Sementara di sekitar jasadnya ada 68 prajurit mati, 12 orang luka berat, dan 1 orang dinyatakan hilang. Untung Surapati sendiri akhirnya pergi dari Kartasura setelah sebelumnya melakukan pawai kemenangan dengan diiringi gending kemenangan Banyu Banjir dari dalam Keraton Kartasura.
Sumber Gambar: link