Kala Jepang Runtuhkan Mitos Superioritas Bangsa Kulit Putih

Politik

Rasisme merupakan pondasi utama Kolonialisme. Oleh karena itu, bangsa-bangsa kolonialis Eropa berusaha menciptakan mitos yang bernada rasial. Salah satu yang paling banyak didengungkan adalah mitos superioritas bangsa kulit putih terhadap bangsa kulit berwarna. Mitos ini terus bertahan hingga akhir abad kesembilan belas. Adalah Jepang yang mampu meruntuhkan mitos tersebut. Pada tahun 1905 Jepang berhasil memenangkan perang melawan salah satu kekaisaran besar di Eropa yakni Kekaisaran Rusia.

Bagaimana Jepang mampu mengalahkan Rusia di medan perang? Semua bermula dari Restorasi Meiji yang terjadi pada tahun 1868. Menurut Leo Agung Sutimin dalam Sejarah Asia Timur 1, kaisar Jepang saat itu, Matsuhito yang lebih dikenal dengan nama Meiji melakukan modernisasi besar-besaran dalam segala aspek kehidupan masyarakat Jepang. Modernisasi juga mencakup bidang militer yang ditandai dengan diadopsinya teknologi Eropa pada armada militer Jepang. Modernisasi militer ditambah dengan perkembangan industri dalam negeri yang cukup pesat mendorong agresivitas Jepang di wilayah Asia Timur. Jepang kemudian muncul sebagai salah satu negara imperialis terkuat pada permulaan abad kedua puluh.

Sementara itu, Rusia merupakan salah satu kekaisaran terbesar di Eropa, bahkan dunia hingga abad kesembilan belas. Meskipun demikian, negara ini relatif terlambat melakukan modernisasi dibandingkan dengan negara-negara Eropa Barat. Rusia juga dipimpin oleh Tsar Nicholas II yang kurang cakap mengelola negara. Berbagai faktor tersebut memicu gejolak politik di dalam negeri yang mengguncang kekuasaan Tsar.

Meskipun kondisi politik dalam negerinya tidak stabil, Rusia rupanya tetap melakukan aksi ekspansionis ke luar wilayah mereka. Setelah turut serta menumpas Pemberontakan Boxer di Tiongkok pada tahun 1900, Rusia menduduki wilayah Manchuria. Manchuria menjadi penting bagi Rusia mengingat wilayah tersebut menjadi satu-satunya akses menuju salah satu pelabuhan terpenting di Asia yakni Port Arthur. Menguasai Manchuria berarti mampu mempertahankan akses menuju Port Arthur dan menjamin kelancaran aktivitas ekonomi negara itu.

Hingga saat ini, alasan utama yang menyebabkan peperangan antara Jepang dan Rusia terjadi masih menjadi perdebatan. Pandangan umum masyarakat Jepang menilai jika keberadaan Rusia di Manchuria berpotensi mengganggu aktivitas ekonomi Jepang di wilayah itu bahkan benua Asia pada umumnya. Keberadaan Rusia di Manchuria dianggap sebagai rintangan bagi perluasan aktivitas ekonomi Jepang menuju Asia daratan.

Pendapat lain diutarakan oleh Kato Yoko dalam artikel berjudul What Caused the Russo-Japanese War: Korea or Manchuria? Yang menyebut jika pemerintah Jepang lebih melihat perang melawan Rusia sebagai upaya defensif untuk mencegah ekspansi Rusia menuju semenanjung Korea dan bahkan Jepang. Terlepas dari perbedaan dua perspektif tersebut, terlihat dengan jelas jika Jepang tidak memiliki pilihan lain kecuali segera menyatakan perang dan mengusir Rusia dari wilayah Manchuria.

Jepang akhirnya memulai serangan terhadap Rusia terlebih dahulu. Pada tanggal 8 Februari 1904, armada laut Jepang menyerang Port Arthur yang saat itu dikuasai oleh Rusia. Serangan yang dilakukan secara mendadak ini mengejutkan Rusia mengingat Jepang belum menyatakan secara resmi berperang dengan negara itu. Serangan mendadak juga membuat pasukan Rusia yang ada di Port Arthur mengalami kerusakan signifikan. Seusai melakukan serangan pertama, Jepang mengepung kota pelabuhan itu selama berbulan-bulan untuk melemahkan kekuatan tentara Rusia di sana.

Port Arthur akhirnya berhasil direbut pada penghujung 1904. Selain di Port Arthur, pertempuran demi pertempuran juga terjadi di berbagai wilayah seperti laut Kuning, Mukden hingga Tsushima. Jepang berhasil memenangkan berbagai pertempuran itu meskipun juga mendapatkan kerugian yang tidak sedikit. Menurut Ian Nish dalam buku berjudul The Origins of The Russo-Japanese War, Kekalahan demi kekalahan yang dialami oleh Rusia pada gilirannya membuat pasukan Rusia mengalami demoralisasi. Para pejabat Rusia mulai saling menyalahkan, sementara rakyat Rusia juga mulai kehilangan kepercayaan pada Tsar Nicholas II.

Kondisi armada perang Rusia yang semakin terdesak dan situasi poltik dalam negeri yang memanas memaksa Tsar Nicholas II mengakui kemenangan Jepang. Amerika Serikat kemudian menawarkan diri sebagai negara penengah untuk memfasilitasi perdamaian di antara kedua belah pihak. Perundingan kemudian diputuskan untuk dilaksanakan di Portsmouth, New Hampshire, Amerika Serikat. Perundingan Portsmouth dimulai pada tanggal 10 Agustus 1905 dan berlangsung hampir satu bulan lamanya. Rusia akhirnya memenuhi tuntutan Jepang untuk menarik seluruh pasukannya dari wilayah Manchuria. Pada tanggal 5 September 1905, perang Jepang-Rusia resmi berakhir.

Kekalahan Ruisa tersebut membuat seluruh dunia khususnya bangsa-bangsa Eropa tersentak kaget. Mereka sulit menerima kenyataan jika bangsa kulit putih berhasil ditundukkan oleh bangsa kulit berwarna di medan pertempuran. Sementara itu negara-negara korban kolonialisme yang umumnya berpenduduk kulit berwarna menyambut hangat kemenangan Jepang. Kekalahan Rusia atas Jepang membuktikan jika bangsa-bangsa Eropa bukanlah superhuman yang selalu mampu menaklukan bangsa kulit berwarna.

Perang ini juga mendapat perhatian luas di Hindia Belanda. Salah satu surat kabar paling populer pada masa itu, Bintang Hindia memuat tulisan yang terbit secara berseri sejak awal peperangan pada Februari 1904 hingga edisi terakhir tahun 1904. Pada terbitan tahun 1905, pemerintah kolonial melarang Bintang Hindia dalam memuat pemberitaan terkait perang tersebut. Pemerintah kolonial nampaknya khawatir dampak politik yang mungkin ditimbulkan dari pemberitaan tersebut.

Kekalahan Rusia adalah goncangan besar bagi rezim kolonial di seluruh dunia. Mitos rasial yang dibangun oleh bangsa-bangsa Eropa di tanah koloni selama ratusan tahun berhasil diruntuhkan oleh Jepang. Sejak awal abad kedua puluh, semangat baru dan kesadaran nasional mulai tersemai di negara-negara koloni. Kelak abad dua puluh dikenal sebagai abad kebangkitan bangsa kulit berwarna yang mampu meraih kemerdekaan dari bangsa kulit putih.

Sumber Gambar: Torajirō Kasai – Library of Congress Prints and Photographs Division Washington, D.C.